Bekerja sebagai tim membuat segalanya lebih mudah. Kita punya lebih banyak orang untuk membantu, perspektif baru, dan kemampuan untuk mengerjakan tugas-tugas yang rumit, yang semuanya membantu mengurangi beban kerja kita.
Namun, saat mengerjakan proyek atau tugas bersama, terkadang beberapa orang mengerjakan sebagian besar pekerjaan sementara ada orang yang hampir tidak ikut campur sama sekali.
Situasi ini adalah contoh klasik dari Social loafing (kemalasan sosial) yang menggambarkan orang-orang dalam kelompok berkontribusi jauh lebih sedikit dari yang lain.
Blog terkait:
Apa Itu Social Loafing?
Social loafing adalah kecenderungan individu untuk mengerahkan lebih sedikit upaya ketika bekerja dalam kelompok dibandingkan ketika mereka bekerja sendiri.
Fenomena ini terjadi karena orang merasa bahwa kontribusi individu mereka kurang terlihat atau kurang penting dalam suatu kelompok, sehingga mereka merasa tidak perlu mengeluarkan usaha lebih banyak.
Kemalasan sosial sering dikaitkan dengan pembagian tanggung jawab, di mana individu berasumsi orang lain akan mengerjakannya, dan hal ini cenderung lebih menonjol dalam kelompok yang lebih besar di mana akuntabilitas dan pengakuan individu rendah.
Social loafing tentu dapat menghambat kerja tim, yang mengakibatkan inefisiensi dan ketidakpuasan di antara anggota tim. Ini akan mengurangi produktivitas di tempat kerja di mana kolaborasi sangat penting.
Oleh karena itu, sangat penting untuk menemukan cara kita berkolaborasi dan mendorong kerja sama tim untuk meminimalisir social loafing agar produktivitas dan moral tim tetap terjaga.
Dalam blog ini, kita akan melihat faktor-faktor penyebab social loafing dan mengeksplorasi strategi untuk mengatasinya.
Penyebab Seseorang Malas Berkontribusi
Sebelum membahas lebih jauh, ada baiknya kita mencari tahu apa yang menyebabkan seseorang enggan untuk memberikan kontribusi dalam tim.
Di tempat kerja modern, social loafing lebih kompleks daripada yang kita kira dan sering kali tidak disadari. Sebab utama kemalasan sosial antara lain:
1. Penyebaran tanggung jawab
Dalam kelompok yang lebih besar, individu merasa kurang bertanggung jawab atas hasil karena fokusnya adalah pada kinerja kelompok dan bukan kinerja individu.
2. Tidak ada peran yang jelas
Ketika individu tidak memiliki peran dan tugas yang jelas dan tidak memahami bagaimana pekerjaan mereka memengaruhi kinerja tim, mereka tidak merasa bertanggung jawab atas pekerjaan mereka.
3. Kurangnya pengakuan
Walaupun bagi sebagian orang kurang penting, namun sejatinya setiap orang perlu pengakuan atas kinerja dan kontribusinya. Kurangnya penghargaan atas kontribusi individu dapat menyebabkan mereka merasa kurang bermanfaat dan enggan berkontribusi lebih.
4. Persepsi tugas
Jika anggota tim merasa tugasnya terasa tidak penting atau membosankan, mereka cenderung tidak berusaha untuk memberikan yang terbaik.
Cara Menghindari Social Loafing untuk kolaborasi tim yang lebih efektif
Penting untuk menciptakan budaya di mana setiap anggota tim merasa dihargai, bertanggung jawab, dan termotivasi.
Berikut adalah beberapa strategi efektif untuk mempromosikan kolaborasi tim yang efektif.
1. Tetapkan tujuan dan harapan yang jelas
Tetapkan tujuan yang jelas dan terukur dengan pembagian tanggung jawab individu. Ketika setiap anggota memahami apa yang diharapkan dari mereka, akan sulit bagi siapa pun untuk bermalas-malasan. Menetapkan tenggat waktu untuk tujuan tertentu menumbuhkan akuntabilitas.
Sebagai contoh, untuk meminimalkan kemalasan sosial, pemimpin di tim marketing yang berencana akan meluncurkan produk baru dapat menetapkan tujuan yang jelas bagi tim, seperti meningkatkan keterlibatan media sosial sebesar 10 persen pada bulan berikutnya.
Selanjutnya, mereka akan menetapkan tugas-tugas tertentu kepada setiap anggota, seperti pembuatan konten, pembuatan desain, pelacakan analitik, dan menjalankan kampanye iklan dengan tenggat waktu yang jelas.
Dengan cara ini, setiap anggota tim memahami tanggung jawab mereka dan bagaimana mereka berkontribusi untuk mencapai tujuan bersama.
Baca juga:
2. Tetapkan peran-peran tertentu
Membagi tugas dalam peran-peran tertentu dan menugaskan satu peran kepada setiap anggota mengurangi tumpang tindih pekerjaan, memastikan bahwa tidak ada anggota yang tidak memiliki peran.
Sesuaikan peran-peran tersebut agar sesuai dengan kemampuan individu untuk membuat mereka merasa bahwa pekerjaan mereka penting bagi keberhasilan tim.
Misalnya tim software developer yang membangun aplikasi untuk klien. Proyek tersebut melibatkan berbagai peran, mulai dari desain, pengembangan front-end, pengembangan back-end, quality assurance, dan banyak lagi.
Menetapkan peran yang disesuaikan dengan keterampilan individu sangat penting bagi keberhasilan aplikasi. Orang dengan keahlian desain UI/UX terkuat fokus pada antarmuka pengguna, bukan pengembangan back-end.
Hal ini memastikan bahwa semua anggota tim merasa skill dan kontribusi mereka penting bagi keberhasilan aplikasi dan meminimalkan kemungkinan siapa pun merasa terpinggirkan atau diabaikan.
3. Dorong komunikasi terbuka
Membina budaya komunikasi terbuka membantu menghindari kesalahpahaman dan ketidakpedulian. Sesi rapat dan tukar pikiran rutin akan membuat semua orang tetap mendapat informasi terbaru tentang progres pekerjaan.
Misalnya, tim yang bekerja hybrid dapat menggunakan tools kolaboratif seperti Zoho Cliq atau Zoho Meeting untuk melakukan rapat rutin, memeriksa kemajuan, membahas hambatan, dan bertukar saran.
Pertemuan rutin ini membuat semua orang tetap terlibat dan mendapat informasi serta membantu mencegah kesalahpahaman.
4. Tumbuhkan rasa kepemilikan
Dorong anggota tim untuk bertanggung jawab atas peran mereka dengan membebaskan mereka dalam menyelesaikan tugasnya. Individu yang merasa bertanggung jawab secara pribadi atas pekerjaan mereka cenderung tidak bermalas-malasan.
Sebaliknya, jika pimpinan mengatur segala hal kecil, atau memiliki mental micro management, tim pun tidak akan termotivasi dalam melakukan tugasnya.
Manajer tim dapat mengalokasikan tugas kepada anggota tim dan memungkinkan mereka memilih cara mereka mengerjakan tugas. Setiap anggota tim mungkin menyukai alat yang berbeda untuk melakukan pekerjaan yang sama.
Ketika orang diberi kebebasan untuk membuat keputusan tentang pekerjaan mereka, mereka merasa lebih bertanggung jawab atas hasilnya.
5. Hargai kontribusi individu
Untuk menjaga motivasi di antara anggota tim, kenali dan berikan penghargaan atas kontribusi individu secara teratur. Merayakan pencapaian kecil dalam kelompok dapat memastikan bahwa setiap orang merasa dihargai atas kontribusinya, sehingga mengurangi keinginan untuk bermalas-malasan.
Dalam rapat misalnya, manajer dapat memberikan pengakuan atas kontribusi individu dengan memberikan ucapan terima kasih.
Setelah tugas selesai, pimpinan dapat mengirim email ke seluruh perusahaan sebagai bentuk penghargaan atas kontribusi setiap anggota terhadap keberhasilan proyek. Aktivitas ini meningkatkan moral tim dan memastikan bahwa setiap orang merasa dihargai atas usahanya.
6. Batasi ukuran kelompok
Social loafing cenderung lebih tinggi dalam kelompok yang lebih besar, di mana lebih mudah bagi individu untuk menyembunyikan kurangnya kontribusi mereka. Menjaga ukuran kelompok tetap kecil dan mudah dikelola memungkinkan interaksi dan akuntabilitas yang lebih langsung.
Membagi tim menjadi kelompok yang terdiri dari empat hingga lima anggota dan menugaskan tanggung jawab kerja tertentu kepada setiap kelompok memungkinkan diskusi yang lebih terfokus, kontribusi individu yang lebih baik, dan akuntabilitas yang lebih tinggi karena setiap orang memiliki peran dan tanggung jawab yang jelas.
Manajer juga dapat dengan mudah melacak upaya individu dan memberikan umpan balik langsung kepada setiap kelompok.
Kesimpulan
Meminimalisir social loafing adalah tentang menciptakan budaya di mana setiap orang merasa dihargai.
Ingat, kerja sama tim adalah tentang berkolaborasi dan terlibat satu sama lain, bukan berkompetisi. Ketika semua orang bekerja sama dan merasa bertanggung jawab, produktivitas meningkat!
Merangkul kekuatan individu sambil juga menikmati kemenangan kolektif memastikan tim yang bahagia dan produktif—dan itulah yang benar-benar mendorong kesuksesan.
Comments